Dilema Tanpa Henti - Puisi Gusmawitri
Dilema Tanpa Henti - by Gusmawitri Agam 06 Februari 2025
Hujan sakit turun berulang,
tak sempat reda, datang menggenang.
Tubuh letih, jiwa pun goyah,
di antara pasrah dan ingin bertahan.
Kulewati malam dengan doa,
menyulam harap di langit jingga.
Namun pagi menyapa dengan nyeri,
membawa resah dalam sunyi.
Kadang berobat menyita waktu,
pekerjaan terganggu, absen pun melaju.
Antara sembuh dan tanggung jawab,
terasa berat menimbang sebab.
Terkadang bisikan angin pun bertanya,
ingin tahu, tapi penuh tanda.
Seakan mencibir, seakan menyindir,
air mata terpaksa ku telan seperti minum air.
Adakah jeda untuk bernapas?
Ataukah ini ujian tanpa batas?
Dalam ringkih kupeluk sabar,
menanti sembuh yang kian samar.
Tapi ku tahu, badai berlalu,
tak ada sakit yang abadi selalu.
Dalam letih, kutemukan makna,
bahwa kuat bukan tanpa luka.
Maka kubangkit meski tertatih,
takkan menyerah, takkan letih.
Di setiap sakit ada hikmah,
harapan hidup tak boleh patah.
Walau langkah pelan berlari,
tak akan hancur, tak akan lari.
Sebab cahaya di ujung sana,
menanti hati yang tak menyerah
Dilema Tanpa Henti
tak sempat reda, datang menggenang.
Tubuh letih, jiwa pun goyah,
di antara pasrah dan ingin bertahan.
Kulewati malam dengan doa,
menyulam harap di langit jingga.
Namun pagi menyapa dengan nyeri,
membawa resah dalam sunyi.
Kadang berobat menyita waktu,
pekerjaan terganggu, absen pun melaju.
Antara sembuh dan tanggung jawab,
terasa berat menimbang sebab.
Terkadang bisikan angin pun bertanya,
ingin tahu, tapi penuh tanda.
Seakan mencibir, seakan menyindir,
air mata terpaksa ku telan seperti minum air.
Adakah jeda untuk bernapas?
Ataukah ini ujian tanpa batas?
Dalam ringkih kupeluk sabar,
menanti sembuh yang kian samar.
Tapi ku tahu, badai berlalu,
tak ada sakit yang abadi selalu.
Dalam letih, kutemukan makna,
bahwa kuat bukan tanpa luka.
Maka kubangkit meski tertatih,
takkan menyerah, takkan letih.
Di setiap sakit ada hikmah,
harapan hidup tak boleh patah.
Walau langkah pelan berlari,
tak akan hancur, tak akan lari.
Sebab cahaya di ujung sana,
menanti hati yang tak menyerah
Baca Juga : Puisi Lampu Biru Kamar
Tags:
Puisi